PIJARKEPRI.COM – Potensi bencana longsor mengancam kawasan sempadan lahan milik Beni, seorang pengusaha kopi bermerek Kapal Tangker, yang berbatasan langsung dengan deretan gudang yang salah satunya milik Hacuang di Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan Tanjungpinang Timur.
Kerusakan pada struktur pagar pembatas akibat buruknya sistem saluran air dari atap gudang sempadan lahan Beni dinilai sebagai pemicu utama kerawanan tanah longsor yang dapat mengancam bangunan di sekitarnya.
Lurah Melayu Kota Piring, Andhika Oktorananda, mengatakan bahwa pihak kelurahan telah memediasi dua kali pertemuan antara Beni dan para pemilik gudang yang berada di sempadan lahan tersebut. Namun hingga saat ini, belum tercapai kesepakatan terkait pembangunan batu miring untuk menanggulangi risiko bencana.
“Dalam pertemuan di tahun 2024, belum tercapai kesepakatan karena beberapa pihak dari sempadan Pak Beni belum menyatakan persetujuan untuk membangun batu miring secara bersama-sama. Padahal, ini untuk kepentingan keselamatan semua,” ujar Andhika, Selasa (3/6/2025).
Berita Terkait : Kerusakan Terbiarkan, Permasalahan Sempadan Bangunan di Kampung Melayu Memanas
Andhika menjelaskan bahwa mediasi dilakukan setelah adanya laporan dari Beni terkait kekhawatirannya atas kondisi lahan miliknya yang lebih tinggi dan berbukit dibandingkan lahan di bawahnya, di mana sudah berdiri bangunan berupa gudang. Beni khawatir jika terjadi longsor, tanah miliknya bisa menimpa bangunan di bawahnya.
“Setelah kami cek ke lapangan bersama perangkat RT/RW, memang benar kondisi lahan sangat rawan longsor. Pondasi batu miring lama yang dibangun pemilik sebelumnya sudah terkikis dan dalam kondisi menggantung. Ini sangat berbahaya jika tidak segera diperbaiki,” jelas Andhika.
Ia menambahkan bahwa curahan air dari atap gudang di sempadan lahan milik Beni, yang jatuh langsung ke arah pondasi batu miring menjadi salah satu faktor pengikisan. Selain itu, pagar milik Beni juga telah mengalami kerusakan akibat curahan air yang sama.
Melihat kondisi tersebut, pihak kelurahan menilai perlu adanya pembangunan batu miring yang baru untuk mencegah terjadinya bencana. “Kondisi ini sudah menyangkut keselamatan. Kami dari kelurahan lalu mengundang para pihak untuk duduk bersama mencari solusi,” ungkap Andhika.
Dalam pertemuan, menurutnya, Beni sempat mengusulkan agar pembangunan batu miring dilakukan secara gotong royong oleh semua pihak yang lahannya berbatasan langsung.
“Pak Beni meminta agar batu miring dibangun bersama karena dampaknya bisa dirasakan semua. Ini untuk kepentingan umum,” katanya.
Lurah Andhika juga menghimbau seluruh pihak yang bersempadan agar bersedia berpartisipasi dalam pembangunan batu miring secara bersama-sama.
“Kami minta kepada warga sempadan untuk mau bersama-sama membangun batu miring ini. Jangan menunggu terjadi longsor dulu baru bertindak. Ini soal keselamatan bersama. Lebih baik kita mencegah daripada menyesal di kemudian hari,” tegasnya.
Ia mengatakan bahwa upaya pencegahan jauh lebih murah dan efektif dibandingkan penanganan pascabencana. Apalagi, sebut Andhika, di wilayah Kelurahan Melayu Kota Piring sebelumnya telah mengalami dua kali kejadian longsor, yakni di Perumahan Asoka Indah dan Pondok Kelapa.
Sementara itu, Plh. Camat Tanjungpinang Timur, Hendrawan Herninanto, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan dari kelurahan dan akan segera menjadwalkan peninjauan lapangan bersama Dinas PUPR, RT/RW, serta seluruh pihak terkait.
“Dalam waktu dekat kami akan undang semua pihak, termasuk Pak Beni dan pemilik gudang yang bersempadan dengan Pak Beni, juga tim teknis dari Dinas PUPR untuk mencari solusi yang konstruktif,” ujar Hendrawan, di Kantor Camat Tanjungpinang Timur, Selasa (3/6/2025)
Kondisi sempadan Beni dan Hacuang bisa menjadi pengingat begitu pentingnya penataan wilayah perkotaan yang memperhatikan aspek keselamatan, terutama di kawasan padat bangunan dan infrastruktur.
Pemerintah daerah dalam hal ini Pemko Tanjungpinang, diharapkan bertindak cepat dan tegas, agar persoalan ini tidak berubah menjadi bencana yang memakan korban dan kerugian lebih besar.
Pewarta : Aji Anugraha