AL-HISAB secara bahasa berarti al-‘addu wa al-muhâsabatu yang artinya hitungan, perhitungan (Kamus Al-Bisyri, hal. 113). Kata hisab dapat dipahami sebagai usaha menghitung-hitung amaliah negatif diri. Sebagaimana pasien yang menginginkan dirinya sehat maka ia akan datang ke dokter untuk memeriksakan dirinya.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa dengan senantiasa melakukan muhasabah diri, seseorang dapat menyadari kesalahan, dan tidak akan mengulangi kesalahannya untuk yang kedua kali.
Artinya semakin mendekati kematian semakin baik pula kualitas hidup. Senantiasa meningkatkan keimanan, ketakwaan dan amal shaleh dalam mempersiapkan kehidupan mendatang (akhirat).
Meyakini adanya hari perhitungan amal merupakan bagian dari ciri orang bertakwa. Sebagaimana dijelaskan pada ayat 2-3 surah al-Baqarah,
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (٢) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (٣)
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka (QS. Al-Baqarah[2]: 2-3).
Kata يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ oleh Syekh Nawawi dalam Tafsir al-Munir diartikan dengan,
يصدقون بما غاب عنهم من الجنة والنار والصراط والميزان والبعث والحساب وغير ذلك
Orang-orang yang membenarkan adanya perkara ghaib, diantaranya surga, neraka, shirat, timbangan amal, kebangkitan dari alam kubur, perhitungan amal dan sebagainya (Syekh Nawawi, Tafsir al-Munir, Surabaya: Dar al-‘Ilmi, hal. 4, juz 1).
Keyakinan yang kuat adanya yang ghaib akan menambah kewaspadaan manusia dalam menjalani kehidupan di dunia. Tidak bisa dibayangkan berapa banyak ucapan, perbuatan, gerak juga diamnya manusia dalam sehari-semalam. Dari sejumlah tersebut berapa banyak yang bernilai baik dan berapa banyak bernilai buruk.
Maka Syekh Syatha Dimyati menambahkan dalam Kifayatul Atqiya,
يجب عليك ان تقي المتاب أيضا بحفظ الأعضاء السبعة فيجب عليك حفظ العين عن النظر الى الحرام حفظ اللسان من الكذب والإستهزاء بالمسلم
“Wajib atas kamu menjaga tobat, dengan menjaga anggota badan yang tujuh. Wajib menjaga mata dari melihat hal-hal yang diharamkan, menjaga lidah dari berbohong dan menyakiti Muslim lainnya” (Sayyid Bakri bin Muhammad Syatha Dimyati, Kifayatul Atqiya, Indonesia: Daru Ihya, hal. 17).
Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta
Sumber : uninus.ac.id