Minda Ramadhan 01: Ramadhan Momentum Perubahan Diri

Minda Ramadhan 01 : Ramadhan Momentum Perubahan Diri Selengkapnya: https://pijarkepri.com/2025/03/minda-ramadhan-01-ramadhan-momentum-perubahan-diri/

OPINI – Bulan Ramadhan adalah bulan suci bagi umat Islam, bulan diwajibkannya berpuasa serta bulan diturunkannya kitab suci al-Qur’an sebagai pedoman bagi pemeluk agama Islam. Bulan ramadhan yang notebenenya bulan puasa tidak hanya sekedar menahan diri dari apa saja yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Tetapi lebih dari itu, bulan ini adalah waktu yang baik bagi seorang muslim untuk melakukan transformasi dan perubahan diri secara menyeluruh. Mengapa demikian? Karena di bulan ini dengan pengkondisiannya menawarkan ruang refleksi, pengendalian diri dan peningkatan spritual yang menjadi asas bagi perubahan diri yang berkesinambungan. Mencermati dari pengertian ramadhan secara etimologi, dimana kata ramadhan terambil dari kata ramadhan atau al-ramadh yang bermakna panas yang membakar. Dalam konsep pengertian etimologis ini, mempresentasikan ramadhan adalah proses pembakaran dosa serta kebiasaan buruk melalui ibadah dan pengendalian diri. Dalam pemaknaan yang lain, ramadhan merupakan periode latihan spritual (riyadhoh) tatkala jiwa manusia dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu, membangkitkan kesadaran terhadap kehadiran Tuhan serta meningkatkan kemampuan introspeksi diri. Proses ini mampu menghadirkan lingkungan psikologis yang kondusif untuk perubahan perilaku dan transfromasi diri.

Penelitian dalam bidang psikologi menunjukkan bahwa praktik puasa dan ritual keagamaan mengaktifkan mekanisme psikologis yang mendukung perubahan diri, sebab melalui praktik puasa dan ritual keagamaan selama ramadhan akan mengaktifkan proses metakognisi yaitu kemampuan untuk menyadari, mengevaluasi, proses berpikir sendiri, dimana hal ini adalah faktor kunci dalam melakukan perubahan perilaku yang berkelanjutan (Badri & Lu’Lu’A, 2000). Studi empiris juga menegaskan bahwa manfaat puasa adalah meningkatnya pengendalian diri selama bulan suci Ramadhan yang pada gilirannya akan meningkatkan pengendalian diri dan meningkatkan pengaturan diri.(Briki, 2013).

Bacaan Lainnya

Lalu timbul pertanyaan dimensi apa saja yang dilatih dan dibiasakan pada bulan ramadhan agar terjadi perubahan yang diharapkan nantinya dapat dibawa ke luar ramadhan. Dimensi perubahan tersebut adalah: Pertama, dimensi spiritual. Melalui bulan ramadhan Allah SWT memberikan kesempatan yang luas untuk mempererat hubungan dengan Allah SWT, hal itu bisa terlihat dari praktik puasa ramadhan itu sendiri yang dilakukan satu bulan lamanya, menghidupkan suasana ramadhan dengan shalat tarawih, qiyam lail, tadarus al-Qur’an, beriktikaf di masjid yang keseluruhannya berupaya untuk mempertingkatkan dimensi spiritual seorang hamba, karena sejatinya spiritual yang baik itulah hakikat dari ketaqwaan sebagai goal dari proses ramadhan. Ramadhan berupaya mengubah orientasi hidup seseorang dari material-sentris kepada spiritual-sentris. Di bulan ramadhan, seseorang yang berpuasa mengisi harinya dengan membaca, memahami, mentadabburi al-Qur’an selama bulan ramadhan dapat merestrukturisasi persepsi, nilai dan tujuan hidup seseorang pada langkah berikutnya mengkatalisasi perubahan perilaku signifikan. Kedua, dimensi psikologis. Dalam berpuasa seseorang tidak hanya dilibatkan dalam pengendalian terhadap mengkonsumsi makanan dan minuman tetapi juga terhadap emosi negatif dan perilaku destruktif. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang apabila ada orang mengajak untuk berselisih katakan bahwa “saya adalah orang yang sedang berpuasa” (HR. Bukhari no. 1904 dan Muslim no. 1151). Ketiga, dimensi sosial. Ramadhan juga menekankan dimensi sosial, hal ini bisa terlihat dari bagaimana Nabi Muhammad SAW menyikapi bulan Ramadhan dengan menjadikan diri beliau lebih dermawan lagi pada bulan ini. Ibadah lainnya juga zakat fitrah yang juga berdimensi sosial. Yang pastinya dibulan ini diharapkan selain membangun dimensi kesalehan pribadi juga terjadi perubahan kesalehan sosial.

Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah bagaimana strategi memaksimalkan perubahan diri selama bulan Ramadhan. Diantara strategi yang bisa dilakukan antara lain, adalah: Pertama, Muhasabah (intropeksi diri). Muhasabah adalah syarat penting bagi yang ingin melakukan perubahan diri, sebab dengan introspeksi seseorang dapat mengenali nilai lebih dan kurang pada diri, menyadari aktivitas sebelumnya sehingga mampu mengevaluasi dan menempatkan diri lebih baik. Kedua, membangun kebiasaan positif. Bulan ramadhan adalah waktu yang tepat untuk membangun kegiatan yang positif dan melakukan pembiasaan, sebab akan digodok selama 29-30 hari. Ketiga, mengelola lingkungan. Dibulan ramadhan lingkungannya adalah dimana secara kolektif orang-orang sedang bersama-sama berpuasa dan melakukan perbaikan diri. Hal ini menjadi nilai positif untuk memaksimalkan perubahan diri karena adanya faktor dukungan dari lingkungan.

Diakhir tulisan ini penulis ingin mengingatkan kembali bahwa bulan ramadhan adalah bulan yang tepat untuk melakukan perubahan diri kearah yang lebih baik dengan pertimbangan-pertimbangan yang telah disebutkan diatas. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah mempertahankan perubahan tersebut pasca ramadhan. Konsep konsistensi (istiqomah) adalah kunci kesuksesan untuk perubahan ini, sebagaimana yang disabdakan oleh baginda Rasulullah SAW “ Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara terus menerus meskipun sedikit ( HR. Muslim no. 783) Diantara strategi yang dapat dilakukan dalam mempertahankan perubahan diri pasca ramadhan adalah: Pertama, menginstitusionalisasi praktik-praktik tertentu ke dalam rutinitas harian. Kedua, membangun sistem dukungan sosial yang berkelanjutan. Ketiga, melakukan ibadah atau ritual pengingat seperti puasa senin dan kamis. Semoga kita dapat menjadikan bulan ramadhan kali ini sebagai kawah candradimuka untuk perubahan diri ke arah yang lebih baik dari sebelumnya dan mendapatkan keridhoan Allah SWT. Amin.

Abd. Malik Al Munir ( Anggota FKM Tanjungpinang)

Pos terkait