Etika Kepemimpinan Dalam Perspektif Manajemen Islam Modern

Ersa Mayola (foto: pijarkepri.com)
Ersa Mayola (foto: pijarkepri.com)
Ersa Mayola (foto: pijarkepri.com)
Ersa Mayola (foto: pijarkepri.com)

DALAM konteks Islam, manajemen disebut juga dengan (سياسة- إدارة – تدبير) yang berasal dari lafadz (ساس – أدار – دبر).

Menurut S. Mahmud Al-Hawary manajemen (Al-Idarah) ialah :
االإدارة هي معرفة إلى أين تذهب ومعرفة المشاكل التي تجنبها ومعرفة القوي والعوامل التي تنعرض لها معرفة كيفية التصرف لك ولبا خرتك والطاقم الباحرة وبكفاءة وبدون ضياع في مرحلة الذهاب إلى هناك.
Artinya: manajemen adalah mengetahui kemana yang dituju, kesukaran apa yang harus dihindari, kekuatan-kekuatan apa yang dijalankan, dan bagaimana mengemudikan kapal serta anggota dengan sebaik-baiknya tanpa pemborosan waktu dalam proses mengerjakannya.

Bacaan Lainnya

Penulis mengambil pendapat menurut S. Mahmud Al-Hawary untuk mengetahui bagaimana manajemen dalam konteks islam. Sedangkan menurut Louis A.Allen dalam bukunya management and organization mengemukakan tentang element of management terdiri dari, planning, organization, coordination, motivating, controling, atau disingkat dengan POCMC.

Tatanan kehidupan yang tertata baik dan terarah merupakan sendi-sendi manajemen yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan manusia.

Manajemen juga merupakan salah satu sifat yang harus ada di dalam jiwa pemimpin, bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik, bagaimana cara mengatur anggota dengan sebaik-baiknya dan bagaimana cara mengatur strategi dalam membuat kebijakan agar tercipta suatu keputusan yang dapat bermanfaat untuk kehidupan masyarakat.

Karena suatu keputusan dapat mempengaruhi seluruh tatanan yang ada di dalam kehidupan masyarakat.

Dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits banyak membahas tentang kepemimpinan. Diantaranya firman Allah SWT, dalam surat Al-An’am : 165
وَهُوَ ٱلَّذِي جَعَلَكُمۡ خَلَٰٓئِفَ ٱلۡأَرۡضِ وَرَفَعَ بَعۡضَكُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ دَرَجَٰتٖ لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ ٱلۡعِقَابِ وَإِنَّهُۥ لَغَفُورٞ رَّحِيمُۢ ١٦٥
Artinya : Dialah yang menetapkan kamu menjadi penguasa di muka bumi, dan ditinggikan-Nya sebagaian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, sebagai cobaan bagimu tentang semua yang diberikannya kepadamu.

Selain dalam Al-Qur’an, Al-Hadits juga banyak yang membahas tentang kepemimpinan, diantaranya; (كلكم راع وكلكم مسؤل عن رعيته)
Artinya: Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban mengenai orang yang kamu pimpin. (HR. Muslim)

Dalam konsep ajaran Islam bahwa pemimpin tidak hanya terfokus kepada seseorang yang yang memimpin institusi formal dan non formal.

Tuntutan Islam lebih universal bahwa kepemimpinan itu lebih spesifik lagi kepada setiap manusia yang hidup ia sebagai pemimpin, baik memimpin dirinya maupun kelompoknya.

Dengan demikian kepemimpinan dalam ajaran Islam dimulai dari setiap individu. Setiap orang harus bisa memimpin dirinya dari taqarrub kepada Allah dan menjahui larangan-Nya. Akan tetapi, memimpin diri sendiri jauh lebih sulit dibandingkan memimpin orang lain.

Seseorang bisa saja memimpin orang lain dan bahkan masyarakat. Namun, belum tentu ia berhasil memimpin dirinya sendiri.

Seseorang suami bisa saja memimpin istri dan anak-anaknya agar selalu berbuat baik, dermawan, sabar, ikhlas, dan istiqomah. Akan tetapi, belum tentu bilai-nilai luhur itu bisa di terapkan di dalam dirinya sendiri.

Seorang pemimpin bisa saja mempengaruhi orang lain, tetapi belum tentu berhasil mengendalikan dirinya sendiri. Ia bisa mengingatkan anak buahnya agar bertindak jujur, terbuka, dan disiplin dalam mengurus uang negara atau uang perusahaan. Namun, mampukah ia menjalankan nilai-nilai yang diajarkannya itu kepada anak buahnya.

Para koruptor yang mengambil uang berjuta-juta atau bahkan milyaran rupiah, mereka mengerti bahwa korupsi itu di larang oleh negara. Mereka tahu konsekuensi nya jika tertangkap maka akan mendapatkan hukuman berat. Mereka juga tahu bahwa resiko nya berat. Perilaku seperti itu di sebabkan karena tidak bisa memimpin dirinya sendiri.

Ia berhasil melarang atau mengatakan “jangan” terhadap orang lain, tetapi gagal mengatakan hal serupa kepada dirinya sendiri.

Allah berfirman di dalam ( Qs As-Shaff [61]:2-3).
فَٱلزَّٰجِرَٰتِ زَجۡرٗا ٢ فَٱلتَّٰلِيَٰتِ ذِكۡرًا ٣
Yang artinya : 2. Demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, 3. Demi (rombongan) yang membacakan peringatan.

Maka dari itu, dosa besarlah di sisi allah, orang yang pandai mengatakan, tetapi tidak pandai mengerjakannya.

Apabila manusia sudah bisa memimpin dirinya, maka tidak mustahil bila ia akan lebih mudah untuk memimpin orang lain. Disamping itu pertanggung jawaban pemimpin dalam konteks Islam tidak serta merta hanya kepada sesama manusia, akan tetapi yang paling utama adalah pertanggung jawaban kepada Khaliknya.

Lalu bagaimana etika kepemimpinan dalam manajemen islam modern?.

Islam adalah agama yang sempurna, di dalamnya di atur tentang karakteristik pemimpin dan kepemimpinan. Bagaimana islam mengaturnya?
ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ فَمَنِ ٱضۡطُرَّ فِي مَخۡمَصَةٍ غَيۡرَ مُتَجَانِفٖلِّإِثۡمٖ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣
Allah berfirman dalam firman nya surah al- maidah : 3 yang artinya :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Agama islam tidak perlu lagi tambahan, tidak perlu lagi pengurangan, juga tidak perlu perubahan. Karena agama islam allah turunkan menyeluruh dalam segala hal maka Dia mengatur politik sebagaimana dia mengatur kekeluargaan.

Dia mengatur akhlak sebagaimana Dia mengatur ekonomi. Dia mengatur segala-galanya di dalam hidup manusia. Maka termasuk kepemimpinana juga sudah di turunkan aturan nya oleh Allah SWT.

Bagaimana pemimpinnya, ciri-ciri pemimpin yang baik, pemimpin seperti apa yang harus di pilih, pemimpin seperti apa yang harus kita angkat, kepemimpinan seperti apa yang harus ia gunakan.

Semuanya di rinci oleh Allah SWT sehingga bukan hanya pemimpin yang amanah yang harus diwujudkan didalam islam namun juga sebuah sistem kepemimpinan yang amanah.

Pemimpin yang amanah di dalam islam Rasullullah contohkan dengan dirinya, rasulullah contohkan pula dengan khalifah-khalifah setelahnya.

Abu bakar as-sidiq, umar bin khatab, utsman bin affan, ali bin abi tholib. Semua telah tercontohkan dengan sempurna pemimpin yang amanah dan sistem kepemimpinan yang amanah rasul contohkan pula di dalam kehidupannya ketika beliau masih hidup di madinah.

Bagaimana rasul mengatur madinah dengan syari’at Allah, syari’at islam. Lalu, dilanjutkan pula dengan khulafaurrasyidin yang mengatur umat nya dengan islam dengan sebuah sistem yang dinamakan dengan khilafah.

Pemimpin yang amanah adalah khalifah dan sistem kepemimpinan yang amanah adalah khilafah. Dan ketika kita menuduh bahwa islam tidak punya sistem kepemimpinan yang khas, bahwa rasul tidak menurunkan sistem kepemimpinan yang khas sama saja ketika menuduh allah, allah tidak menurunkan islam yang sempurna sama saja kita menuduh rasullullah tidak mencontohkan yang menyeluruh dan menyempurna.

Maka islam sudah sempurna tidak perlu tambahan tidak perlu pengurangan tidak perlu perubahan. Kita tidak perlu konsep dari luar, kita hanya perlu konsep dari islam karena inilah konsep yang sempurna.

Adapun wasilahnya adapun cara penerapannya boleh berubah bahkan wajib berubah menurut zaman, seperti di era yang modern saat ini. Tapi esensi penerapannya syari’at allah semua sudah sempurna.

Maka bangga lah kita sebagai orang islam yang punya konsep menyempurna termasuk dalam pemimpin dan sistem kepemimpinan dan ini lah yang tidak hanya teori tapi juga harus jadi penerapan. Begitu lah etika kepemimpinan dalam manajemen islam modern.

Penulis : Ersa Mayola
(Penulis merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Maritim Raja Ali Haji)

Pos terkait