HMI, Islam – Pancasila dan Radikalisme

Ilustrasi
Pancasila dan Islam - Ilustrasi

HIJRAH – Selama Pancasila hadir sebagai asas bernegara selama itu pula islam, dan agama agama lain yang berada di tanah air, akan berkembang menjadi kekuatan moral negara.

Di atas dasar lima sila atau Pancasila, akan lahir tafsir kontekstual islam, tentang persatuan Indonesia, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia kerakyatan yang diimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bacaan Lainnya

Para ilmuan muslim, cendekiawan islam memiliki peran dan tanggung jawb politik kebangsaan untuk memberikan muatan konseptual pada setiap teks pancasila, sehingga Pancasila hadir secara actual menjadi nilai yg hidup, yg mensifati pandangan kehidupan kesebangsaan kita sebagai warga bangsa dan warga negara.

Doktrin Pancasila akan menjadi ideologi kosong jika tidak dimuati oleh nilai fundamental keagamaan, maka Pancasila menjadi sesuatu doktrin yang mati alias disorentasi. Betapa ruginya bila negeri ini punya Pancasila tapi tidak punya manfaat protektif terhadap ekonomi, politik, hukum maupun budaya sosial warga.

HMI hadir, di bumi Indonesia 5 februsri 1947, menjadi media strategis yang melakukan proses kaderisasi ideoligis, melalui sistem perkaderan berjenjang, untuk membentuk dan melahirkan segelintir orang yang terseleksi, terdidik, terpelajar yg komitment pada visi dan misi himpunan, serta memilki militansi juang untuk membawa organisasi untuk mencapai tujuan, yaitu Lima Kualitas Insan Cita.

Proses kaderasasi yang demikian itu bila diragi secara kohesif dg NDP, Mission HMI serta Stratag dan Udeopolitor, maka akan membentuk visi, karacter dan integritas kepribadian kader serta orientasi kader yang tidak gampang dikendalikan oleh uang dan janji janji kekuasaan. Kader yg tangguh, memiliki daya lawan dan tahan atas berbagai tekanan dan intimidasi.

Kader kader militan HMI akan berada di gerdah terdepan untuk menghalau setiap upaya politik yang menginvasi Indonesia. HMI berada di garis terdepan menjadi Palang Pintu NKRI, mempertahankan otentitas Ideologi Pancasila dari ancaman ideologi, liberalis kapitali, ateis dan komunist. Faham atau doktrin islam dan ke Indonesia-an sungguh telah menjadi platform perkaderan. Islam dan Indonesia menginstitusi pada cognisi menjadi sikap serta pandangan berorgsnisasi setiap kader HMI.

Dari perspektif ini kita memiliki jalan yg paling legal menuju pembebasan Indonesia dari dominasi dan cangkraman liberalisme politik, kapitalisme ekonomi, oleh kekuatan oligharcy pemiliki modal dan pemilik partai, bila kader HMI sungguh sungguh mengkonstrucsi diri menjadi kader puritan.

Menghadapi jualan politik atas nama radikalisme, fundamentalisme, terorisme, anti Pancasila dan anti NKRI, oleh kelompk islam Phobiya, hanyalah upaya untuk mendegradasi energi nasionalisme umat islam. Bila spirit nasionalisme umat islam terdegradasi, bangsa ini menjadi lahan subur untuk dieksplorasi, dirampok oleh kaum emperialis pemilik modal.

Hanya dengan modal kekuatan nasionalisme umat islam dan nasionalisme umat beragama lain, negeri ini punya harga dan martabat kedaulatan. Tanpa nasionalisme kaum agamawan negeri ini menjadi lahan subur dan menjadi alat producsi pemilik modal.

Ciputat 16 Februari 2023 MHR Shikka Songge Peneliti Agama Politik dan Kebudayaan CIDES, Instruktur NDP dan Guru Sekolah Kader HMI
MHR Shikka Songge Peneliti Agama Politik dan Kebudayaan CIDES, Instruktur NDP dan Guru Sekolah Kader HMI

Olehnya pernyataan politik Kepala BPIP Prof. Adian Wahyudi, bahwa Agama adalah musuh Pancasila, adalah sama halnya merupakan pernyataan kaum fasis yang anti agama agama, anti ideologi Pancasila, yang dapat merusak hububgan agama dan negara, yang lebih khusus lagi hubungan antara umat beragama dan NKRI. Pertanyaan besar kita, bagaimana mungkin seorang pejabat negara dapat menciptakan pernyataan contraversial ?

RADIKALISME

Tanpa Radikalisme Agama rakyat tidak sanggup mengusir imperialisme Belanda yang telah menjajah 3,5 abad dari Tanah Air.

Tanpa Radikakisme Nasionalism Soekarno dan Hatta tidak sanggup memaklumatkan Kemerdekaan RI yang dibacakan melalui Teks Proklamasi pada 17 Agustus 1945. Tanpa Radikalsme Indonesia tadak akan pernah menjadi negara merdeka

Radikalisme Agama dan Nasionalisme dua Faham pembebasan yang menyatu, mensenyawa dlm diri umat muslim dan kaum Pribumi yang sangat ditakuti oleh penjahat penjahat yang saat ini sedang bersekutu dengan negara.

Tanpa Radikalisme bernegara anda biarkan negeri yang kaya ini jatuh terpuruk dan miskin di bawa kendali hegemoni Neo Imperialisme, kapitalism liberalism dan komunism yang bertopeng Pancasila. Dan anda menyaksikan adegan memilukan, tragedi kekuasaan, yaitu beralihnya wajah Republik Pancasila menjadi Republik Investor.

Para investor bertopeng pencasila ini secara sistemik dan legal mengkooptasi tambang emas, tambang batu bar, nekel, uranium, tembaga, hutan dan tanah ulayat semuanya dirampok dan dimonopoli secara sah atas nama negara dan Pancasila.

Dan ketika rakyat pemilik hak ulayat tanah adat, bangkit menutut, mereka akan diredam dengan senapan dan sepatu laras.

Dan ketika rakyat bangkit melawan dan menuntut hak keadilan, mereka dihujani oleh peluruh bedil, dg tuduhan sebagai Pembangkang, Radikalis, Teroris dan Anti Pancasila.

Para eksploitator hanya takut pada umat islam yang konsisten dengan spirit islam dan nasionalism. Mereka takut dengan kata kafir dan kata kholifah, hilang dua kata itu umat islam kehilangan daya tangkal pada perampokan. Kehilangan dua kata ” Kholifah dan Kafir” dalam kamus pergerakan umat islam, Indonesia menjadi negara yg legal untuk dieksploitas oleh penjahat ekonomi.

Ciputat 16 Februari 2023
MHR Shikka Songge
Peneliti Agama Politik dan Kebudayaan CIDES,
Instruktur NDP dan Guru Sekolah Kader HMI

Pos terkait