Mencuat Hasil Survei Elektabilitas 7 Calon Walikota Tanjungpinang

Tabel peta elektabilitas calon Walikota Tanjungpinang 2024 simulasi 7 kandidat di 4 kecamatan se Kota Tanjungpinang, yang diterima redaksi pijarkepri.com dari sumber terpercaya, Rabu (23/11/2022)
Tabel peta elektabilitas calon Walikota Tanjungpinang 2024 simulasi 7 kandidat di 4 kecamatan se Kota Tanjungpinang, yang diterima redaksi pijarkepri.com dari sumber terpercaya, Rabu (23/11/2022)

PIJARKEPRI.COM – Daftar tabel bertuliskan peta elektabilitas calon Walikota Tanjungpinang 2024 simulasi 7 kandidat di 4 kecamatan se Kota Tanjungpinang mencuat di lini masa media sosial.

Data yang diterima pijarkepri.com dari sumber Bapelitbang Kota Tanjungpinang pada Rabu, (23/11), di Tanjungpinang, tujuh kandidat dalam tabel elektabilitas Calon Walikota Tanjungpinang itu yakni, Ade Angga, Agus Wibowo, Hufaiza Dadang AG, Ismiati, Lis Darmansyah, Rahma dan Teddy Jun Askara.

Bacaan Lainnya
Tabel peta elektabilitas calon Walikota Tanjungpinang 2024 simulasi 7 kandidat di 4 kecamatan se Kota Tanjungpinang, yang diterima redaksi pijarkepri.com dari sumber terpercaya, Rabu (23/11/2022)
Tabel peta elektabilitas calon Walikota Tanjungpinang 2024 simulasi 7 kandidat di 4 kecamatan se Kota Tanjungpinang, yang diterima redaksi pijarkepri.com dari sumber terpercaya, Rabu (23/11/2022)

Dari 7 kandidat elektabilitas Walikota Tanjungpinang tersebut, terlihat diambil menggunakan metodologi kuantitatif (angka-angka) suatu tabel yang biasa digunakan lembaga survei.

Dalam keterangan angka, Lis Darmansyah menempati urutan pertama dengan jumlah proporsional 58.00 persen di wilayah Tanjungpinang Kota, 33,00 persen di Tanjungpinang Barat, 39,09 di Bukit Bestari dan 49,44 di Kecamatan Tanjungpinang Timur.

Sedangkan di tempat ke dua, Ade Angga dengan jumlah proporsional 20.00 persen di wilayah Tanjungpinang Kota, 25,00 persen di Tanjungpinang Barat, 10,09 di Bukit Bestari dan 9,44 di Kecamatan Tanjungpinang Timur.

Di tempat ke tiga, Rahma, dengan jumlah proporsional 10.00 persen di wilayah Tanjungpinang Kota, 7,00 persen di Tanjungpinang Barat, 8,18 di Bukit Bestari dan 9,44 di Kecamatan Tanjungpinang Timur.

Kemudian, di tempat ke empat, Teddy Jun Askara, dengan jumlah proporsional 2.00 persen di wilayah Tanjungpinang Kota, 12,00 persen di Tanjungpinang Barat, 12,73 di Bukit Bestari dan 9,44 di Kecamatan Tanjungpinang Timur.

Menyusul di tempat ke lima, Ismiyati, Agus Wibowo di tempat ke enam dan di posisi ke tujuh Hufaiza Dadang AG, dengan jumlah 0 sampai 2 persen di setiap kecamatan, di Tanjungpinang.

Berdasarkan data pijarkepri.com survei elektabilitas 7 calon Walikota Tanjungpinang itu dilakukan Pemerintah Kota Tanjungpinang, belum lama ini, di 2022.

Kendati demikian Pemerintah Kota Tanjungpinang membantah melakukan survei elektabilitas calon Walikota Tanjungpinang.

Kepala Bapelitbang Tanjungpinang, Surjadi, belum lama ini mengatakan, pihaknya tidak melakukan survei elektabilitas calon Walikota Tanjungpinang, melainkan survei kepuasan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

“Tidak ada, sesuai tufoksi kami yang dilakukan hanya survei indeks kepuasan kinerja pemerintahan,” kata Surjadi.

Pandangan Pengamat

Pengamat Politik Pemerintahan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stisipol) Raja Haji Tanjungpinang, Hendri Sanopaka, menjelaskan survei elektabilitas biasa dilakukan untuk mengetahui tingkat keterpilihan seseorang.

Survei elektabilitas biasa dilakukan pemerintah, lembaga survei sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan oleh seseorang penyandang anggaran survei tersebut atau klien.

Pada umumnya, menurut Hendri, survei elektabilitas dilakukan dengan metodologi survei, meliputi jumlah populasi, cara penarikan sampel hingga penarikan sampel.

“Elektabilitas ini tingkat keterpilihan. Jadi kecenderungan masyarakat mau memilih vigur yang bersangkutan. Kalau popularitas kan tingkat pengenalan masyarakat terhadap vigur tersebut. Orang populer belum tentu elektabilitasnya di pilih,” kata Hendri.

Ia menjelaskan, pada umumnya survei elektabilitas dilakukan untuk membuat treatment apa yang harus dilakukan oleh penyandang dana survei. Bahkan, survei dilakukan berkali-kali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

“Kenapa survei dilakukan berkali kali, untuk mendapatkan trent. Kemudian kita memahami keinginan masyarakat seperti apa. Misalnya, masyarakat ini maunya, orang baik, dermawan, cantik atau seperti apa. Biaya untuk melakukan survei itu besar. Jadi siapapun bisa muncul hari ini asalkan punya uang,” kata Hendri.

Menurut Hendri, setiap orang pasti ingin meningkatkan elektabilitas, semisal kandidat peserta Pemilu yang sudah cukup populer di masyarakat.

Ukuran dari elektabilitas seseorang dinilai mampu meyakinkan publik, pemilihnya, bahwa dia adalah orang sesuai untuk dipilih melalui keunggulan yang dia tawarkan, seperti janji politik maupun program kerja, ada dalam survei tersebut.

“Alasan-alasan itu kalau lembaga survey atau seseorang vigur tertentu dia akan mencari tau, data itu yang kemudian dia gunakan untuk meningkatkan elektabilitasnya,” kata Hendri.

Ia mengatakan, jikasi hasil survei elektabilitas tinggi berarti menunjukkan tingkat kemungkinan dipilih oleh pemilih itu tinggi, dengan pertimbangan tertentu, semisal kinerja yang baik, perilaku yang baik, sifat, profesionalitasnya, kompetensi dan sebagainya.

Namun, jika elektabilitasnya rendah, menunjukkan kemungkin terdapat hal-hal di mata publik yang bersangkutan tidak berkompeten, atau ada catatan tertentu, seperti cacat moral, yang menyebabkan masyarakat cenderung enggan memilih.

“Orang yang memungkinkan punya elektabilitas tinggi adalah orang-orang yang ditentukan oleh faktor-faktor keinginan publik,” kata Hendri.

Pos terkait