Menangkap Pesan Shalat dalam Peristiwa Isra dan Mi’raj

Abd. Malik Al Munir (Dosen STAIN SAR / Warga RT 007 Kelurahan Pinang Kencana, Tanjungpinang).
Abd. Malik Al Munir (Dosen STAIN SAR / Warga RT 007 Kelurahan Pinang Kencana, Tanjungpinang).

OPINI – Bulan rajab adalah salah satu bulan yang mulia dalam penanggalan hijriah, kemuliaan bulan rajab tersebut bisa ditelusuri dalam kitab Tabyi>nu al-‘Ajab bima> Warada fi> Syahri Rajab karya Ibn Hajar al-Asqalani (W. 852 H/1449 M). Di bulan ini pula terdapat peristiwa besar yang biasanya diperingati oleh sebagian besar umat Islam, peristiwa tersebut adalah isra dan mi’raj, memang banyak pendapat mengenai kapan peristiwa itu terjadi tetapi kebanyakan ulama berpendapat peristiwa tersebut terjadi di bulan rajab (Moenawar 2001, Jilid 1, 378). Di peristiwa Isra Mi’raj inilah Rasulullah SAW menerima wahyu perintah shalat (Al-Mubarakfuri 2012, 160). Sejak peristiwa itulah  ibadah shalat mulai dikerjakan oleh Nabi dan Para sahabat (Zuhaili 2010, Jilid 1, 542), keterangan mengenai peristiwa isra dan mi’raj sendiri menurut ulama disebutkan di al-Qur’an yaitu di surat al-Isra ayat 1 dan surat al-Najm ayat 1-18 dan disebutkan juga melalui hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.

Melihat dari besarnya peristiwa isra dan mi’raj yang didalamnya ada perintah shalat, maka sudah barang tentu ibadah shalat memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama Islam. Sayyiq Sa>biq misalnya dalam fiqh sunnah menyebutkan kedudukan shalat adalah sebagai tiang agama sebagaimana sabda Rasulullah SAW: ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat. Di samping itu shalat adalah perkara yang paling awal dihitung pada hari kiamat nanti, ini juga berdasarkan hadis Baginda Nabi SAW dan masih banyak keterangan lain mengenai kedudukan shalat (Sabiq 1983, 78). Bahkan shalat adalah ibadah yang dikerjakan secara harian, yang berbeda dengan ibadah lain seperti zakat, puasa serta haji yang sifatnya tahunan atau bahkan sekali seumur hidup itupun bagi mereka yang memiliki kemampuan. Dari sini cukuplah untuk dimengerti bahwa shalat memang mempunyai nilai vital di agama Islam.

Namun demikian, ada pesan Nabi yang perlu direnungkan agar dari renungan ini, dapatlah ditangkap pesan shalat tersebut sekaligus bahan evaluasi atas shalat yang dilaksanakan selama ini. Pesan tersebut adalah “Akan datang suatu masa menimpa manusia, banyak yang melakukan shalat, padahal sebenarnya mereka tidak shalat. (HR Ahmad, No. 47). Untuk menangkap pesan ini, penulis akan mengajak untuk melihatnya melalui pengertian shalat, baik itu secara bahasa maupun istilah.

Pertama, melalui bahasa, secara bahasa shalat itu mempunyai dua pengertian. Shalat diartikan sebagai DO’A ataupun PERMOHONAN, kata shalat dalam pengertian doa ataupun permohonan dapat dilihat dari Surat al-Taubah: 103 “…..dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. al-Taubah: 103). Selain sebagai do’a kata shalat juga berpengertian PUJIAN  sebagaimana firman Allah SWT di surat al -Ahzab: 56 “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (memuji) Nabi Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya (QS. al-Ahzab: 56)”. Tentu saja bentuk shalawat (memuji) berbeda antara Allah SWT, Malaikat dan orang-orang beriman. Shalawat (pujian) dari Allah Swt. berarti memberi rahmat, dari malaikat berarti memohonkan ampunan, dan dari orang-orang mukmin berarti berdoa agar diberi rahmat. Implementasi dari do’a dan pujian itu bisa dilihat dari bacaan-bacaan yang ada di dalam shalat, bacaan-bacaan tersebut seluruhnya berorientasi pada pujian dan do’a kepada Allah SWT. sebagai contoh bacaan yang wajib misalnya adalah membaca surat al-Fatihah, para ulama tafsir membagi surat al-Fatihah itu menjadi do’a bagian yaitu bagian pujian dan do’a. Bagian pujian mulai dari ayat 1-4, ayat 5 (pemisah yang berupa pernyataan dan harapan ) dan do’a di ayat 6-7. Maka sini dapat ditangkap pesan pertama bahwa ketika shalat seseorang harus betul-betul memuji Allah SWT sekaligus melakukan permohonan kepada-Nya.

Kedua, melalui istilah, shalat secara istilah biasanya didefinisikan sebagai “Ibadah yang terdiri dari beberapa ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, dengan syarat dan rukun tertentu”. Untuk menangkap pesan shalat melalui istilah, ada hal yang perlu digaris bawahi pada pengertian tersebut, yaitu:  1) Takbir ( membesarkan). Maka ketika seseorang memulai gerakan shalat, dirinya harus benar-benar sadar bahwa Allah SWT Maha Besar, sedangkan yang lain selain Allah SWT adalah kecil, upaya membesarkan Allah SWT inilah yang senantiasa dihadirkan di dalam shalat serta membawa ke luar shalat, sehingga pandangan akan yang lain selain Allah SWT seperti jabatan, kedudukan serta harta benda adalah kecil baginya, dan menempatkan selain Allah SWT adalah sebagai sarana bukan tujuan, karena tujuannya adalah keridhoan Allah SWT yang Maha Besar. 2) Salam (kedamaian), ketika seseorang mengakhiri ibadah shalat dengan salam, maka sejatinya ia harus memberikan kedamaian, baik bagi dirinya, orang lain, maupun lingkungannya. Dengan nilai salam (upaya membawa kedamaian) apapun kedudukan serta peran seseorang bagi dirinya, di keluarga, di tengah masyarakatnya, ia akan berusaha memberikan keadilan, kasih sayang, serta menebarkan manfaat di kehidupannya. Pesan yang dapat ditangkap dari pengertian shalat di definisikan secara istilah adalah bagaimana menempatkan ibadah shalat yang tadinya ritual individual harus berdampak sosial, dari ibadah yang sifatnya individu harus berdampak komunal, dari ibadah yang vertikal dan membawanya ke ibadah horizontal. Mudah-mudahan dari tulisan yang singkat ini dapat kita menangkap pesan shalat dalam peristiwa isra dan mi’raj serta Allah SWT berikan kemudahan dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya.

Abd. Malik Al Munir ( Warga RT 007 Kelurahan Pinang Kencana, Tanjungpinang).

Pos terkait