Pertualangan Bang Sam Sampai di Kepri

Capt. Samuel Bonaparte Hutapea A.Md., S.E., S.H., M.H., M.Mar.
Capt. Samuel Bonaparte Hutapea
A.Md., S.E., S.H., M.H., M.Mar.

SAMUEL Bonaparte yang kerap disapa Bang Sam adalah seorang pemuda asli Indonesia yang tengah bertualang sampai ke pelosok negeri mengarungi lautan hingga dia tiba di Kepulauan Riau, salah satu Provinsi yang ada di negera ini.

Tak begitu sama seperti pelaut Napoleon Bonaparte yang menapakkan kakinya ke penjuru dunia, Bang Sam adalah seperempat bahkan sedikit lebih kurang dari seorang pelaut yang menapakkan kakinya hingga ke negara besar di dunia.

Bacaan Lainnya

Mempelajari segala bentuk hegemoni masyarakat, pemerintahan, industri, ekonomi, bisnis, pendidikan dan pembangunan yang pesat diberbagai belahan negara, Korea, Singapura, Malaysia, Inggris, USA, mengantarkan Bang Sam untuk mengutarakan bagaimana masyarakat Indonesia dapat bangkit, maju bersama, meraih keberhasilan dan kesuksessan seperti negara-negara itu.

“Ada yang dapat saya jelaskan,” kata Samuel Bonaparte, saat ditemui pijarkepri.com setibanya di Tanjungpinang, Ibukota Provinsi Kepulauan Riau, belum lama ini.

Siapa sangka sarjana Manajemen Transportasi Laut Universitas Trisakti, Magister Hukum Universitas Indonesia itu merupakan seorang kapten kapal dengan deretan prestasi yang mengagumkan, dia kini memilih untuk kembali ke darat agar dapat memajukan negeri, terutama daerah Kepulauan Riau.

Bang Sam adalah anak kelima dari enam bersaudara. Lahir dari keluarga sederhana, dari seorang ayah yang berprofesi sebagai supir angkot dan Ibu seorang guru Sekolah Dasar, memberikan semangat untuk dia mengerti makna kehidupan, dengan membantu sesama dan saling bergandeng tangan menuju kebaikan dan keberhasilan, itu rencana utama pertualangan dia ke Kepri.

“Saya ingin membantu Kepri,” ujarnya.

Pertemuan Bang Sam menyempatkan dia untuk memperkenalkan diri agar khalayak ramai tahu kalau siapa dia dan apa misinya untuk jauh dari tanah Jawa sampai di Kepulauan Riau. Meskipun sebagai advokat ternama di Kepri, dia berusaha mengisi program agar pertualangannya lebih menarik.

Dimulai dari jejak pendidikan Bang Sam cukup gemilang. Setelah menamatkan pendidikan menengah atas, Sam kemudian menempuh pendidikan formal dan informal. Di pendidikan Formal Bang Sam sudah meraih gelar A.Md & ANT III di Akademi Maritim Suaka bahari 1999 dan diteruskan menempuh pendidikan hukum di Universitas Indonesia 2007 sekaligus mengambil gelar ANT II di BP31P.

Tahun pertama prestasi gemilang Bang Sam mulai terlihat ketika dia berperan di berbagai perusahaan industri kelautan di seluruh dunia, di antara klien/penyewa adalah Gardline (Inggris) – yang beroperasi di Laut Utara, dan Angkatan Laut Amerika Serikat yang beroperasi di Diego Garcia.

Atas prestasi tersebut Bang Sam terus menempuh pendidikan ANT I dan Master Mariner di BP3IP 2011, Manajemen Transportasi Laut di STMT Trisakti 2012 dan Magister Hukum di Universitas Indonesia 2015.

Di samping pendidikan Formal Bang Sam juga menempuh pendidikan Informal. Dia sudah mengambil as amended Courses 1978, Mics STCW 2002, Harbour Craft Master Course (MPA Singapura) 2005, Offshore Tropical Bosiet (Opito) dan IMO TOT Model Course 6.09 di 2013.

Sam mengungkapkan, prestasi gemilang yang diraihnya berangkat dari kerja keras untuk mendapatkan pendidikan yang sebaik-baiknya. Menurutnya, pendidikan adalah kunci dari kesuksesan suatu negara. Jika Sumber Daya Manusia (SDM) di suatu negara sukses, maka negara itu dianggap berhasil.

“Kalau bicara SDM secara nasional kuncinya adalah kemajuan di sektor pendidikan. Kalau kita mengerti mengelola sesuatu kita bisa berbuat, kalau tidak sebalikanya. Saya analogikan, tepung terigu dikasi bapak-bapak gak jadi apa apa, dilallerin, tepung trigu dikasi ibu ibu jadi kue bolu,” ujar Sam, sumringah.

Bang Sam bercerita pengalamannya bertualang keluar negeri untuk mencari sesuap nasi lebih kurang 13 tahun lamanya. Saat dia berada di luar negeri, ia mengungkapkan kalau saja Warga Negara Indonesia (WNI) yang datang keluar negeri sekalipun dia tidak bekerja tetap dipandang sebagai TKI.

“Diluar negeri kita tidak dipandang dua mata. Kecemburuan itu yang menimbulkan rasa saya ingin membangun Negeri ini. Bagaimana rasanya kita bisa keluar negri dan dihormati,” ungkapnya.

Bang sam masih bicara soal pendidikan yang perlu dibabgun sedari dini. Dia mengutarakan soal pendidikan di Kepri yang terbilang memiliki potensi maritim yang cukup. menggiurkan, mulai dari sumber daya alam laut, migas, pertambangan lainnya yang masih kekurangan tenaga yang ahli, terkhusus sarana dan prasarana pendidikan yang amsih terbatas.

“Kepri lebih dari 90 persen laut, kenapa sekolah perkapalan kita tidam banyak, hanya beberapa, sekolah perikanan ada berapa, sangat minim ,tanpa itu eksploitasi gak bisa kita lakukan, kalau gak ngerti bagaimana kita mau eksplorasi,” ujarnya.

Menurutnya, Kepri memilki peran penting dalam pembangunan industri kemaritiman. Berbatasan langsung dengan Singapura, Malaysia, China membuka peluang besar untuk kepriie dapat bersaing, bahkan lebih maju dari negara-negara tersebut yang tidak memiliki Sumber Daya Alam (SDA) namun dapat maju.

“Kepri punya potensi yang luar biasa, sering kali kita banggakan, lihat tetangga kita Singapura, apakah mereka punya SDA yang luar biasa seperti kita, tidak. Kita punya SDA yang strategis plus, plus, plus. Apa pun yang kita punya selain itu, tetapi kok kita tidak dapat seperti mereka. Buat saya ini tidak masuk akal,” ujarnya.

“Jadi bagaimana bangsa kita mau dihormati, tapi kalu kita melihat di negeri kita pendidikannya masih rendah, kesjahteraanya masih kurang, bagaiman kita mau dihormati, sangat miris melihat itu, terutama di daerah kepulauan,” tambahnya.

Di sektor pengolahan prikanan yang menjadi potensi besar sektor maritim di Kepri, menurut Bang Sam masih terbilang belum maju.

Ia mengatakan, cara tangkap nelayan ikan kita dari lagu nenek moyangku seorang pelaut sampai saat ini belum mengalami kemajuan dengan teknologi pengatahuan nelayan tangkap yang masih minim.

Ia mengutarakan pengalamannya sebagai pelaut, ketika melihat nelayan ikan di negara lain menangkap ikan langsung diproses, tak seperti nelayan di Indonesia yang masih membutuhkan beberapa hari untuk sampai ke darat agar ikan dapat dijual. Menurutnya infrastruktur alat tangkap nelayan perlu diperbaharui.

“Pemerintah sudah semestinya menggesa pembangunan sektor pendidikan untuk nelayan, membantu percepatan infrastruktur nelayan agar lebih maju dan tidak kalah saing dengan nelayan luar negeri, ini yang perlu jadi perhatian penting,” kata Samuel yang saat ini masih menjadi auditor sektor kelautan dan prikanan.

Pengagum Presiden RI ke empat, Abdurrahman Wahid (Gusdur) ini mengungkapkan, berangkat keinginanya untuk maju sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI di Pemilihan Legislatif 2019 Daerah Pemilihan Kepulauan Riau adalah untuk memperjuangkan agar Kepri dapat lebih maju.

Ia mengumpamakan, saat ini semua masyarkat Indonesia tengah berada di atas kapal yang sama, berhadapan dengan ombak yang besar dan perlu mengayuh serentak dengan langkah sepijak agar mencapai tujuan bersama.

“Tidak mungkin dibiarkan kawan sebangsa, se provinsi tenggelam di satu kapal yang sama, karena kita pasti tenggelam, maka mereka harus maju bersama, kalau kita mau maju, mereka harus selamat kalau kita mau selamat, teruslah berjuang,” kata Capt. Samuel Bonaparte Hutapea
A.Md., S.E., S.H., M.H., M.Mar.

Saat ini, Bang Sam tengah berjuang untuk menjaring aspirasi, dukungan untuk dia berlayar bersama-sama rakyat, diatas perahu Partai Keadilan Bangsa (PKB) Dapil Kepulauan Riau Nomor urut 2. Dia berharap dukungan penuh dari masyarakat kepri agar dapat memperjuangkan kepri daei berbagai sektor kedepan di pusat.

Penulis : Aji Anugraha

Pos terkait