Khawatir Jalan Putus Warga Tinjul Ngadu ke Dewan

Abdul Gani Atan Leman saat melihat Jalan yang kuwatirkan roboh. (f-aci)
Abdul Gani Atan Leman saat melihat Jalan yang kuwatirkan roboh. (f-aci)

PIJARKEPRI.COM, Lingga – Khawatir jalan menuju desa mereka putus warga Desa Tinjul, Kecamatan Singkep Barat, minta Pemkab Lingga membetulkan parit agar air tidak merusak jalan aspal yang ada.

Selain minta membetulkan parit, warga desa Tinjul juga minta agar untuk Bus sekolah yang sekarang diganti dengan yang lebih besar, warga juga minta agar Jembatan utama untuk menuju desa mereka diperhatikan.

Bacaan Lainnya

Mewakili warga desa, Ketua Rt.01 Dusun I Desa Tinjul, Ahmad menyampaikan, warga desa Tinjul sudah lama berharap agar Pemerintah daerah mengganti Bus sekolah yang melayani antar jemput anak-anak desa mereka kesekolah dengan yang lebih besar.

Ahmad menerangkan, keinginan mengganti Bus sekolah yang lebih besar dikarenakan Bus sekolah yang ada saat ini sudah tidak muat lagi, dan sudah cukup lama dikuatirkan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

“Bus sekolah tersebut sudah cukup lama, sehingga jika mengantar anak-anak pergi ke sekolah dan menaiki bukit, anak-anak sekolah itu terpaksa harus turun semuanya dari Bus. karena Bus tersebut tidak bisa naik bukit jika anak sekolah ada didalamnya,” kata Ahmad kepada Abdul Gani Atan Leman, anggota DPRD Lingga yang melakukan reses masa sidang 3 di desa mereka, Selasa (17/10/2019).

Jalan menuju desa kami pun, lanjut Ahmad, jika dibiar dikuwatirkan akan putus karena terjangan air, karena parit yang ada kondisinya sudah rusak parah sehingga pada saat hujan turun air yang mengalir menghantam badan jalan, membuat jalan tersebut sebagiannya telah roboh.

“Selain itu, Jembatan penghubung untuk masuk ke desa kami, perlu juga diperbaiki karena kondisi Jembatan yang terbuat dari kayu tersebut sudah tua, kita kuwatir jika mobil melewati Jembatan tersebut,” terangnya.

Sementara itu, ditempat yang sama, Ustad Muhctahdir, mengusulkan adanya SMP di desa mereka, karena jarak SMP tempat anak-anak mereka sekolah cukup jauh dengan jarak lebih kurang 10 kilo meter.

“Anak-anak kami yang SMP kurang lebih 80 orang, untuk pergi ke sekolah karena Bus sekolah sudah tidak muat lagi, terpaksa sebagian menggunakan sepeda motor, tentunya dengan begitu biaya yang dikeluarkan menjadi besar,” imbuhnya.

Pewarta : Puspandito/ACI

Pos terkait