MEDAN – Bencana hidrometeorologi parah berupa banjir bandang dan tanah longsor yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) sejak akhir November 2025 dilaporkan telah menelan korban jiwa yang sangat besar.
Berdasarkan data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Minggu (7/12/2025), total korban meninggal dunia di tiga provinsi tersebut telah mencapai kisaran 914 hingga 916 jiwa.
Ratusan Korban Masih Hilang
Operasi pencarian dan evakuasi (SAR) gabungan terus diintensifkan, terutama di wilayah yang tertimbun longsor. Hingga pagi ini, dilaporkan sedikitnya 389 warga masih dinyatakan hilang, menyulitkan proses identifikasi dan evakuasi.
Ribuan warga juga dilaporkan mengalami luka-luka, sementara jumlah pengungsi telah melonjak drastis mencapai 835 ribu jiwa, sebagian besar terkonsentrasi di Aceh Tamiang.
Dampak Material Sangat Besar
Bencana ini tidak hanya merenggut nyawa, tetapi juga menyebabkan kerusakan infrastruktur yang masif.
Data BNPB mencatat lebih dari 121 ribu unit rumah mengalami kerusakan, mulai dari rusak ringan hingga hilang terseret arus. Selain itu, ribuan fasilitas umum, termasuk sekolah dan layanan kesehatan, di 51 kabupaten/kota yang terdampak di ketiga provinsi juga tidak dapat difungsikan.
Fokus Penanganan: Modifikasi Cuaca dan Logistik. Untuk memperlancar upaya penanggulangan, fokus utama saat ini adalah:
- Pencarian dan Evakuasi: Pengerahan alat berat dan Tim SAR di titik-titik kritis longsor, seperti di Tapanuli Selatan (Sumut) dan Agam (Sumbar).
- Operasi Modifikasi Cuaca (OMC): BMKG terus berupaya mengurangi intensitas hujan di lokasi bencana untuk menunjang kelancaran penyaluran logistik dan mencegah banjir susulan.
- Distribusi Bantuan: Penyaluran logistik, makanan siap saji, dan obat-obatan ke posko-posko pengungsian terus dioptimalkan.
BNPB menduga interaksi kondisi atmosfer yang ekstrem dan perubahan fungsi lahan menjadi pemicu utama bencana hidrometeorologi berskala besar ini.
Pemerintah daerah telah memperpanjang status tanggap darurat guna memaksimalkan respons dan pemulihan pasca-bencana. (ANG)







