Di antara bau lumpur yang belum kering dan dingin malam yang menusuk para pengungsi di Sumatra, asap dari dapur-dapur umum Baznas terus mengepul.
Di sanalah, di sudut-sudut tenda pengungsian Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, secercah kehangatan disajikan dalam bentuk sepiring makanan hangat dan layanan kesehatan gratis.
Itulah yang disampaikan Wakil Ketua II Baznas Kota Batam, Muhith Marzuqi Sodho, Senin (8/12/2025) sore. Di ruang kerjanya, ia baru selesai menerima donasi dari acara “Malam Sastra Luka Sumatra” kolaborasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri, PWI Batam, dan Komunitas Seniman Rumahitam Batam.
Donasi itu, katanya, langsung disalurkan untuk mendukung dapur umum dan pelayanan kesehatan darurat di daerah terdampak banjir besar di Sumatra.
Dapur Umum: Api Kecil yang Menjaga Harapan
Di Aceh, dapur-dapur umum berdiri di Desa Blang Awe (Pidie Jaya) dan Desa Meusi, Kecamatan Kutablang (Bireuen). Di Sumatra Barat, layanan serupa tersedia di Kabupaten Tanah Datar dan Kota Padang. Sementara di Sumatra Utara, dapur umum dibuka di Tapanuli Selatan (Tapsel).
Setiap hari, para relawan bekerja nyaris tanpa henti, memastikan para pengungsi tidak melewati malam dengan perut kosong.
“Prioritas kami adalah memastikan kebutuhan dasar terpenuhi. Makanan adalah hal pertama yang dibutuhkan korban untuk kembali kuat,” kata Muhith.
Layanan Medis: Menyembuhkan Luka yang Terlihat dan Tak Terlihat
Tak hanya makanan, Baznas juga mengerahkan tim kesehatan. Salah satu titik terpadat berada di Desa Marlempang, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang. Dari pemeriksaan umum hingga perawatan luka, layanan diberikan tanpa memandang siapa pun.
Tim Rumah Sehat Baznas (RSB) yang berjaga di poli pelayanan terdiri dari dr. Guntara, Nadilla Tri Putri Maharani, S.KL, dan Hanifah Almukarramah, A.Md.Farm.
Untuk perawatan luka, hadir Ns. Bustamam, S.Kep., ACP., CWCC., C.Ht. dan Trikana Prayoga, Amd.Kep.
Selama masa tanggap darurat, tercatat 108 warga menjadi penerima manfaat, mulai dari pemberian obat, perawatan luka terbuka, hingga penjahitan luka akibat pecahan kaca.
Penyakit paling banyak ditemui adalah ISPA, dermatitis, hipertensi, serta komplikasi luka diabetes.
“Ada pasien yang datang dengan luka karena terseret arus, ada pula anak kecil demam tinggi setelah berhari-hari mengungsi. Kami lakukan yang terbaik,” ujar Muhith.
Malam Saat Puisi Menjadi Gerak Kemanusiaan
Donasi yang memperkuat layanan Baznas itu berasal dari sebuah malam penuh kata, musik, dan solidaritas.
“Malam Sastra Luka Sumatra” berlangsung di Suratan Coffee Rumahitam, Sekupang, pada Sabtu (6/12/2025).
Selama dua jam, para jurnalis dan seniman Batam bergantian membacakan puisi, menyuarakan duka, juga harapan bagi Sumatra yang tengah diuji banjir besar.
Di bawah cahaya temaram kafe, kotak donasi berkeliling. Tangan-tangan terulur, dari penyair hingga reporter lapangan, dari musisi hingga fotografer. Hasilnya: Rp 9.075.000.
“Begitu acara selesai, dana langsung kami rekap dan serahkan ke Baznas Batam. Kami percaya mereka memiliki jaringan relawan yang kuat di lapangan,” ujar Saibansah Dardani, Ketua PWI Kepri.
“Terima kasih tak terhingga”
Bagi Baznas, donasi itu bukan sekadar angka. Ia adalah pesan solidaritas—bahwa bencana di Sumatra dirasakan pula di Batam, bahwa sastra pun bisa menjadi jalan penyembuh.
“Terima kasih tak terhingga kepada PWI Kepri, PWI Batam, dan Komunitas Seniman Rumahitam Batam. Bantuan ini sangat berarti bagi saudara-saudara kita di Sumatra,” ucap Muhith.
Sumber : PWI Kepri
Editor : Aji Anugraha







