Wartawan Senior Ramon Damora Jabat Ketua Departemen Seni, Musik, Film, dan Budaya PWI Pusat Periode 2025-2030
PIJARKEPRI.COM – Ada semangat baru yang berhembus di tubuh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Senin, 15 September 2025, di Hall Dewan Pers Jakarta, nama Ramon Damora diumumkan resmi mengemban amanah sebagai Ketua Departemen Seni, Musik, Film, dan Budaya PWI Pusat periode 2025–2030.
Bagi insan pers di Kepulauan Riau dan tanah air, kabar ini bukan sekadar penunjukan jabatan, melainkan sebuah pengakuan atas perjalanan panjang seorang wartawan senior yang tak pernah berhenti menyalakan api kebudayaan.
Ramon bukan sosok asing. Hampir tiga dekade ia mengabdi di dunia jurnalistik, seni, dan budaya. Jejaknya melintasi ruang redaksi, panggung teater, hingga forum internasional.
Ketua Umum PWI Pusat, Akhmad Munir, menyebut penunjukan ini adalah bentuk kepercayaan besar sekaligus tanggung jawab untuk menghadirkan kembali roh kebudayaan di tubuh organisasi wartawan tertua di Indonesia.
“Jurnalisme dan kebudayaan adalah dua sayap yang membuat bangsa ini bisa terbang lebih tinggi. Mohon doa semoga kami amanah,” ucap Ramon usai menerima amanah barunya.
Kalimat sederhana itu seolah merangkum seluruh perjalanan hidupnya, yakni menulis, mengabdi, lalu membagi cahaya melalui karya.
Lihat Juga : [VIDEO] Full Dokumenter Perjalanan PWI Kepri Menuju Kongres PWI 2025 Cikarang, Bekasi, Jawa Barat
Lahir di Muara Mahat, Riau, Ramon pernah memimpin PWI Kepri selama dua periode, menjadi Ketua Dewan Kehormatan hingga Ketua Dewan Pakar.
Ia juga lama berkecimpung di media arus utama, menduduki kursi Pemimpin Redaksi dan General Manager di jaringan Jawa Pos Group. Dari ruang redaksi, Ramon belajar bahwa berita bukan hanya tentang fakta, tapi juga jiwa.
Sebagai sastrawan, Ramon menjelajah jauh hingga ke Leiden University di Belanda dan Sorbonne, Paris. Puisi-puisinya diterjemahkan ke bahasa Inggris dan Prancis, menjadikan bahasa Melayu kembali bergema di panggung dunia.
Ia juga menghidupkan panggung teater, bermain bersama nama besar seperti Butet Kertaradjasa, alm Djaduk Ferianto, dan Didik Nini Thowok dalam lakon “Hikayat Mak Jogi” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Tidak berhenti di situ, Ramon menorehkan jejak di layar kaca dan layar lebar. Dari FTV di RCTI hingga film “Mimpi Anak Pulau”, ia menunjukkan bahwa wartawan bisa menjadi aktor kehidupan, tak hanya penulis cerita. Lagu-lagu ciptaannya pun kerap diputar di radio-radio Kepri, menebarkan harmoni sekaligus pesan moral.
Bagi Ramon, menjadi wartawan berarti juga menjadi penjaga kebudayaan. Ia percaya bahwa pers yang baik harus peka pada denyut seni, musik, film, dan tradisi bangsanya.
Visi inilah yang kini ia bawa ke PWI Pusat: membangun apresiasi wartawan terhadap kebudayaan tanah air agar tak hanya menulis berita, tetapi juga merawat jiwa bangsa.
Pada Juli 2025 lalu, Ramon tampil di pesantren Nurul Azhar, Riau, di hadapan Ustad Abdul Somad dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dengan musikalisasi puisi “Doa Sebutir Jagung”, ia menghadirkan kekuatan sastra sebagai jembatan kebangsaan. Dari sana, publik kembali diingatkan bahwa Ramon Damora adalah wartawan yang menulis bukan hanya dengan tinta, tetapi juga dengan nurani.
Kini, ketika PWI Pusat kembali bersatu setelah sempat terbelah, hadirnya Ramon di barisan kepengurusan menjadi simbol. Simbol bahwa jurnalisme dan kebudayaan harus berjalan beriringan. Bahwa wartawan tak hanya pelapor peristiwa, tetapi juga pengawal peradaban. Dan Ramon, dengan seluruh rekam jejak dan semangatnya, akan terus menyalakan api itu.
Pewarta : Aji Anugraha
Sumber : PWI Kepri






