Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) Provinsi Kepulauan Riau mengadakan acara nonton bareng film “Lafran” di studio XXI Mall Tanjungpinang City Center pada Kamis (20/6/2024) malam ini.
Film ini menceritakan sosok Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), sebuah organisasi Islam terkemuka di Indonesia.
Dalam hidupnya, Lafran Pane dikenal sebagai pribadi yang berpendirian teguh. Komitmennya terhadap kebangsaan dan keislaman membuatnya menjadi inspirasi, tidak hanya bagi anggota HMI tetapi juga bagi seluruh pemuda pada masanya.
“Dalam teaser film terdapat dialog ‘Saya lillahita’ala untuk Indonesia,’ yang menggambarkan besarnya cinta beliau kepada Indonesia. Hingga Presiden Jokowi menganugerahkan gelar pahlawan nasional padanya pada tahun 2017,” ujar Ketua Umum MW KAHMI Kepri, DR. Suryadi.
Menurutnya, kader HMI dan alumni HMI di seluruh Indonesia sudah sangat menantikan penayangan Film Lafran ini.
“Alhamdulillah, film ayahanda Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam, bisa hadir di XXI Tanjungpinang. Ini yang sudah lama dinantikan,” katanya.
Ia menambahkan bahwa acara nonton bareng malam ini akan dihadiri oleh Kapolresta Tanjungpinang dan Pemko Tanjungpinang sebagai perwakilan daerah.
Selain itu, masyarakat yang tertarik menonton juga bisa hadir dengan tiket seharga Rp30 ribu. Suryadi berharap bahwa menonton film Lafran ini dapat memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan bagi seluruh elemen bangsa Indonesia.
“Semoga film ini membawa berkah bagi kita semua yang menyaksikan, serta terus berkomitmen terhadap bangsa Indonesia, dan selalu menerapkan nilai-nilai semangat kebhinekaan dan keindonesiaan,” tambahnya.
Sinopsis Film Lafran Pane
Lafran, telah ditinggal dua wanita terdekatnya. Ibunya meninggal saat Lafran berusia 2 tahun. Selang beberapa tahun kemudian neneknya, meninggal saat Lafran masih belia. Kehilangan dua ibu baginya, adalah seperti kehilangan kemudi. Ayahnya, Sutan Panguraban, yang tokoh pergerakan di Sumatera Utara, terlalu sering berpergian hingga Lafran harus tinggal dengan kakaknya. Sepanjang muda itulah, Lafran jadi pemberontak terhadap kondisi tidak adil di depan matanya, hingga ia harus pindah berbagai sekolah. Bahkan ia sempat jadi petinju jalanan. Kakaknyalah, Sanusi Pane dan Armijn Pane, yang mendorong Lafran agar pemberontakkannya diubah dalam bentuk karya. Apalagi, mimpi tentang ibunya, membuatnya melakukan langkah-langkah perubahan saat itu juga dan ini kemudian menjadi prinsip Lafran Pane dalam mewujudkan cintanya kepada Indonesia.
Dalam pendudukan Jepang, Lafran sempat ditahan karena membela para peternak sapi. Dia dibebaskan, setelah ayahnya menebus dengan bus sibual-buali yang dimilikinya untuk diserahkan ke Jepang. Sejak itu, Lafran begitu antusias dengan cita-cita kemerdekaan. Ia terlibat dalam gerakan pemuda yang mendorong Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI. Ketika masa kuliah di Yogya, Lafran gundah oleh keberadaan kaum muslim terpelajar yang terlalu larut dalam pemikiran sekular sehingga sering melupakan ibadah utama. Maka, munculah gagasan mendirikan HMI, yang berjuang dalam bingkai keislaman, keindonesiaan, dan kemoderenan. Tidak ada yang mudah pada awalnya, dalam arus politik aliran yang sangat kencang saat itu, keberadaan HMI justru ditentang oleh organisasi massa Islam yang telah terbentuk, apalagi dari kelompok kiri dan komunis. Di situlah, Lafran berjuang dan berketepatan hati menegakkan HMI tanpa henti.